Minggu, 30 Januari 2011

Uniknya Tajen Tektekan di Pura Buitan, Tulikup, Gianyar

Uniknya Tajen Tektekan di Pura Buitan, Tulikup, Gianyar



Semua Uran Kalah Diebat
Tajen tektekan, begitu disebut namanya, tiada lain tajen yang unik dalam peleksanaannya. Bedanya dengan tajen lain, semua uran (ayam jago-red) yang kalah di arena pertarungan tidak dibawa pulang, melainkan langsung diserahkan kepada tukang ebat untuk dijadikan adonan. Adonan ini pun dibagi kepada semua pamedek dan petani yang sedang bekerja di sawah.
Tidak lengkap menyebut Bali kalau tidak ditemukan ritual unik.  Begitulah yang terjadi atau  rutin digelar di Pura Buitan, Desa Adat Tulikup, Gianyar, Bali. Namanya tajen Tektekan yang digelar di utama mandala pura. Tajen ini, tutur Perbekel Tulikup yang juga Ketua PHDI Gianyar, tajen ini memang unik di daerah Gianyar.
“Semua uran atau siap yang kalah tarung tidak dibawa pulang oleh babotoh menang, melainkan langsung dijadikan adonan (ebat-ebatan-red),” tutur Ir. I Gusti Agung Mk. Adiarta di Pura Buitan. Tajen ini tidak berbeda dengan yang lainnya.  Pagelaran tajen ini biasa menggunakan toh di antara babotoh. Hanya saja tidak menggunakan ijin dari aparat, tapi disertai memberikan permaklulaman  bahwa di pura bersangkutan diselenggarakan tajen hanya untuk ritual.
Uran atau ayam jago diutamakan dulu dari pengurus desa. Masing-masing diwajibkan untuk membawa seekor uran. Namun, babotoh lain juga bisa membawa uran. Sehingga, tajen pun cukup meriah dan ramai. Pantauan Bali Aga, ternyata tajen sudah mulai sejak paginya. Mereka atau babotoh datang dari berbagai daerah, bahkan dari Klungkung juga ada.
Uniknya, setiap uran atau ayam jago yang kalah dalam tarung, langsung diserahkan kepada tukang ebat yang sudah disiapkan untuk ngolah ebat-ebatan. Dikatakan Adiartha, setelah ayam ini diolah, semua adonan atau olahan ayam ini dibagikan kepada semua pamedek. Bahkan, bagi mereka atau petani yang masih bekerja di sawah saat acara ini, diberikan bagian adonan..
“Keunikannya  tidak hanya dinikmati pamedek, tapi juga bagi petani yang sedang ngolah sawahnya,” ujar Adiarta yang juga Ketua PHDI Gianyar. Dikatakan Adiarta, tajen ini dilaksanakan setiap tahunnya. Dan kali ini digelar Jumat (15 Januari) bertepatan dengan hari Siwaratri (Tilem Kapitu).

1 komentar: